ARDIAN AZIS SUKMANA
11112043
1KA38
Definisi
bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Istilah Bullying
belum banyak dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang
tepat dalam bahasa Indonesia (Susanti, 2006). Bullying berasal dari kata bully
yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.
Beberapa
istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat untuk
menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan,
perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi (Susanti, 2006).
Suatu hal
yang alamiah bila memandang bullying sebagai suatu kejahatan, dikarenakan oleh
unsur-unsur yang ada di dalam bullying itu sendiri. Rigby (2003:51) menguraikan
unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian bullying yakni antara lain
keinginan untuk menyakiti, tindakan negatif, ketidakseimbangan kekuatan,
pengulangan atau repetisi, bukan sekedar penggunaan kekuatan, kesenangan yang
dirasakan oleh pelaku dan rasa tertekan di pihak korban.
Terdapat
berbagai dampak yang ditimbulkan akibat bullying. Dampak yang dialami korban
bullying tersebut bukan hanya dampak fisik tapi juga dampak psikis. Bahkan
dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi, dampak fisik ini
bisa mengakibatkan kematian.
Hilda, et
al (2006; dalam Anesty, 2009) menjelaskan bullying tidak hanya berdampak
terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim
sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas.
Terdapat banyak bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari tindak
bullying pada para korban dan pelakunya. Pelibatan dalam bullying sekolah
secara empiris teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang berkontribusi pada
penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang, kenalakan remaja, kriminalitas,
gangguan psikologis, kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi
bunuh diri. Efek-efek ini telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk
pelaku maupun korbannya (Marsh dalam Sanders 2003).
Bullying juga berpengaruh pada sekolah dan masyarakat.
Sekolah tempat bullying terjadi seringkali dicirikan dengan:
- Para siswa yang merasa tidak aman di sekolah
- Rasa tidak memiliki dan ketidakadaan hubungan dengan masyarakat sekolah
- Ketidakpercayaan di antara para siswa
- Pembentukan gang formal dan informal sebagai alat untuk menghasut tindakan bullying atau melindungi kelompok dari tindak bullying
- Tindakan hukum yang diambil menentang sekolah yang dilakukan oleh siswa dan orang tua siswa
- Turunnya reputasi sekolah di masyarakat
- Rendahnya semangat juang staf dan meningginya stress pekerjaan
- Iklim pendidikan yang buruk Marsh dalam Sanders (2003; dalam Anesty, 2009).
Dampak bagi korban
Hasil
studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders
(2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja
merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan
menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka
waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi
sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap
stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim,
bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau
melakukan bunuh diri (commited suicide).
Coloroso
(2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban secara
berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa
depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying,
terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang tidak dapat
atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi
akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang
konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi
ke dalam pengasingan.
Terkait
dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks (1993, dalam Northwest Regional
Educational Laboratory, 2001; dan dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa
perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya tingkat kehadiran, rendahnya
prestasi akademik siswa, rendahnya self-esteem, tingginya depresi, tingginya
kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Dampak negatif bullying juga
tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa.
Berbagai penelitian juga menunjukkan hubungan antara bullying dengan
meningkatnya depresi dan agresi.
Dampak bagi pelaku
Sanders
(2003; dalam Anesty, 2009) National Youth Violence Prevention mengemukakan
bahwa pada umumnya, para pelaku ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi
dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku
yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan
impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku bullying ini
memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati
terhadap targetnya. Apa yang diungkapkan tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Coloroso (2006:72) mengungkapkan bahwa siswa akan terperangkap
dalam peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat,
kurang cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta
menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi pola
hubungan sosialnya di masa yang akan datang.
Dengan
melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan
terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus-menerus tanpa intervensi, perilaku
bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan
terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.
Dampak bagi siswa lain yang
menyaksikan bullying (bystanders)
Jika
bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi
penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara
sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan
penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin
hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa
tidak perlu menghentikannya.
Selain dampak-dampak
bullying yang telah dipaparkan di atas, penelitian- penelitian yang dilakukan
baik di dalam maupun luar negeri menunjukkan bahwa bullying mengakibatkan
dampak-dampak negatif sebagai berikut:
- Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian (Rigby K. 2003).
- Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena korbam merasa tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu dirinya juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus dalam membina pertemanan, yaitu di bully oleh teman dekatnya sendiri (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
- Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan ada yang menyilet-nyilet tangannya (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
- Membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah (Forero et all.1999).
- Keinginan untuk bunuh diri (Kaltiala-Heino, 1999).
- Kesulitan konsentrasi; rasa takut berkepanjangan dan depresi (Bond, 2001).
- Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis (Banks R., 1993).
- Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai dewasa, akan berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk membangun dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.
- Korban akan merasa rendah diri, tidak berharga (Rigby, K, 1999).
- Gangguan pada kesehatan fisik: sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk- batuk, gatal-gatal, sakit dada, bibir pecah-pecah (Rigby, K, 2003).
Bullying
bukanlah aktivitas normal pada anak-anak yang akan berlalu dengan sendirinya
seiring mereka dewasa. Perilaku bullying yang tidak ditangani dengan baik pada
masa anak-anak justru dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih serius di
masa remaja dan dewasa, seperti: pelecehan seksual, kenakalan remaja,
keterlibatan dalam geng kriminal, kekerasan terhadap pacar/teman kencan,
pelecehan atau bullying ditempat kerja, kekerasan dalam rumah tangga,
pelecehan/kekerasan terhadap anak, kekerasan terhadap orang tua sendiri.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying dapat berdampak
terhadap fisik maupun psikis pada korban, Dampak fisik seperti sakit kepala,
sakit dada, cedera pada tubuh bahkan dapat sampai menimbulkan kematian.
Sedangkan dampak psikis seperti rendah diri, sulit berkonsentrasi sehingga
berpengaruh pada penurunan nilai akademik, trauma, sulit bersosialisasi, hingga
depresi.
Menurut pendapat saya tentang
artikel ini : Bullying memang sudah tidak asing lagi khususnya bagi para
pelajar.Banyak sekali kasus bullying yang memakan banyak korban, bahkan
korbannya melakukan percobaan bunuh diri karena korbannya sangat merasa malu
atau terpukul karena sering di bullying oleh teman-temanya.Bahkan sekarang
sudah tidak lagi membully berhadapan langsung dengan korbannya dengan kemajuan
teknologi bullying sekarang ada yang namanya cyber bully yang artinya membully lewat dunia maya.Seharusnya para
pelaku bully ditindak dengan tegas, apabila pelaku bully masih sekolah pelaku
itu seharusnya dapat hukuman dari sekolah bahkan di keluarkan dari sekolahnya.
Jadi kesimpulannya : para
pelaku bully seharusnya ditindak dengan tegas dan para korban bully di dampingi
untuk supaya tidak jadi orang yang merasa dirinya itu lemah untuk mengembalikan
psikisnya yang telah di bully
http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar